Prodi Studi Islam (S1) UIN Sunan Kalijaga Tegaskan Integrasi Spiritualitas dan Teknologi dalam Kuliah Umum 2025

Program Studi Studi Islam (S1) Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan Kuliah Umum pada Rabu, 5 November 2025, dengan tema “Defining New Directions for Islamic Studies in the Era of Knowledge Landscape Transformation.” Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama Prof. Dr. Mochlasin, M.Ag, Guru Besar Ekonomi Islam dari IAIN Salatiga, yang dikenal sebagai cendekiawan dengan pandangan kritis terhadap dinamika keilmuan Islam di era digital. Kuliah umum ini menjadi ajang refleksi intelektual bagi sivitas akademika Ushuluddin dalam memperluas wawasan keilmuan Islam sekaligus memperkuat tradisi akademik yang kritis, dinamis, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Dalam sambutannya, Ketua Prodi Studi Islam mengingatkan pentingnya kesadaran dan perencanaan masa depan sebagaimana pesan dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18, “wal tandzur nafsun ma qaddamat lighad”, yang berarti “hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.” Menurutnya, ayat tersebut bukan sekadar peringatan moral, tetapi seruan historis agar umat manusia senantiasa mempersiapkan masa depan dengan kesungguhan dan semangat yang bergelora di setiap waktu. Ia menegaskan bahwa mahasiswa Ushuluddin perlu memiliki energi spiritual dan intelektual yang terus hidup, sebab dua hal tersebut merupakan ruh utama pendidikan Islam.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Prof. Dr. H. Robby Habiba Abror, dalam sambutannya menegaskan pesan awal kepemimpinannya: melayani dengan sepenuh hati serta terus meng-upgrade spiritualitas dan intelektualitas. Menurutnya, dua aspek itu menjadi fondasi utama kemajuan fakultas. Dalam kesempatan tersebut, beliau juga mengumumkan rangkaian kegiatan akademik berskala internasional yang berlangsung sepanjang bulan November—yang ia sebut sebagai “November Bulannya Ushuluddin.” Pada 6 November, fakultas akan menggelar International Student Conference (ISC) yang dihadiri Min Seong Kim, Ph.D. dari Korea Selatan, Prof. Dr. H. Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum., Dean of the Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, Prof. Noorhaidi, Ph.D., Rector of UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A., Director of Directorate of Islamic Religious Higher Education of the Ministry of Religious Affairs,H.E Dr. Mohammad Boroujerdi, The Ambassador of the Islamic Republic of Iran,serta Prof. Evangelos A. Afendras, Ph.D., Ambassador of the Communication Institute of Greece (COMinG). Kemudian di akhir bulan, tepatnya 28–29 November, fakultas akan menerima kunjungan utusan Kementerian Luar Negeri bersama delegasi dari 30 negara dalam kegiatan Interfaith Dialogue. “Kita akan sambut dan layani mereka sebagai tamu kehormatan. Fakultas Ushuluddin harus menjadi rumah bagi ilmu, kebijaksanaan, dan keterbukaan antarperadaban,” ungkapnya.
Dalam refleksi filosofisnya, Prof. Robby mengutip pandangan Seyyed Hossein Nasr, Drake, dan Mulla Shadra untuk menggambarkan kedudukan manusia dalam relasi dengan Tuhan dan alam. “Nasr mengatakan tugas manusia adalah sebagai investigia Dei manusia menjadi peneliti atas ciptaan Tuhan. Drake menyebut bahwa segala perbuatan manusia direkam oleh alam semesta, dan Mulla Shadra menegaskan bahwa manusia adalah pikiran Tuhan,” jelasnya. Menurut beliau, setiap manusia memiliki road map menuju shirath, jalan spiritual menuju surga, tetapi kesombongan kerap membuat manusia kehilangan arah. Oleh karena itu, teknologi harus berjalan beriringan dengan agama agar keduanya saling meneguhkan, bukan saling meniadakan. Ia juga menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) secara positif dan produktif. “Agama hari ini harus berdampingan dengan teknologi. Orang tua pun harus mampu mengasuh anak-anaknya dengan lebih baik dari cara teknologi mengasuh mereka,”.
Mengutip mitologi Yunani tentang Narcissus, ia mengingatkan bahaya manusia modern yang terlalu jatuh cinta pada citra dan bayangannya sendiri, sebagaimana terlihat dalam budaya flexing dan doom scrolling. “Kita hidup di zaman di mana seseorang bisa memiliki kekasih digital. Karena itu, belajarlah detoksifikasi digital dan detachment dari AI. Gunakan teknologi dengan kesadaran spiritual,” pesannya.
Dalam sesi inti kuliah umum, Prof. Mochlasin memaparkan perubahan besar dalam dunia keilmuan Islam di era digital. Ia menjelaskan bahwa otoritas keagamaan kini bergeser dari ulama tradisional kepada “mesin pencari” dan budaya algoritma. Fenomena ini, menurutnya, menuntut umat Islam untuk membangun kesadaran baru dalam beragama, agar tidak terjebak dalam informasi yang dangkal dan populis. Mengutip mitologi Yunani tentang Narcissus, ia mengingatkan bahaya manusia modern yang terlalu jatuh cinta pada citra dan bayangannya sendiri, sebagaimana terlihat dalam budaya flexing dan doom scrolling. “Kita hidup di zaman di mana seseorang bisa memiliki kekasih digital. Karena itu, belajarlah detoksifikasi digital dan detachment dari AI. Gunakan teknologi dengan kesadaran spiritual,” pesannya.Di akhir acara,narasumber Prof.Dr.Mochlasin membagi hadiah berupa buku hasil karya beliau kepada mahasiswa yang sudah berupaya menyimak dan bertanya beberapapertanyaan pada beliau.
Kegiatan ini meneguhkan posisi Prodi Studi Islam sebagai ruang akademik yang berupaya mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan kesadaran digital dan semangat intelektualisme modern. Di tengah disrupsi teknologi dan perubahan sosial yang cepat, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga berkomitmen untuk melahirkan generasi yang cerdas secara spiritual, kritis secara intelektual, dan bijak secara digital.