Membangun Nalar Kritis Mahasiswa: Prodi Studi Islam Gelar Kegiatan “Critical Thinking & Analysis” Bersama Praktisi Hukum Muhammad Iqbal

Membangun Nalar Kritis Mahasiswa: Prodi Studi Islam Gelar Kegiatan “Critical Thinking & Analysis” Bersama Praktisi Hukum Muhammad Iqbal
Yogyakarta, 31 Oktober 2025 — Program Studi Studi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Critical Thinking & Analysis” yang menghadirkan narasumber Muhammad Iqbal, S.Kom., S.H., M.H., seorang praktisi hukum dari Al Jaen Law Office. Kegiatan ini bertujuan membangun kemampuan berpikir kritis dan analitis mahasiswa agar mampu menghadapi kompleksitas persoalan akademik maupun sosial dengan pendekatan ilmiah dan rasional.
Dalam pemaparannya, Muhammad Iqbal menjelaskan bahwa berpikir kritis tidak berhenti pada pemahaman dangkal, tetapi menuntut analisis mendalam terhadap sebab, dalil, dan konteks suatu pengetahuan. Ia mencontohkan hal sederhana dari pernyataan “cabe itu pedas”. “Kalau kita hanya berhenti pada fakta bahwa cabe itu pedas, maka pengetahuan kita berhenti di situ saja. Tapi kalau kita bertanya mengapa cabe itu pedas, dan menemukan bahwa zat capsaicin pada biji cabai menyebabkan rasa pedas, di situlah proses berpikir kritis dimulai,” jelasnya.
Lebih lanjut, M. Iqbal memaparkan lima langkah utama dalam berpikir kritis: analysing, reasoning, problem solving, evaluating, dan decision making. Proses ini, menurutnya, menjadi bekal penting bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan akademik, menghindari manipulasi, mendorong kreativitas dan inovasi, serta menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.
Sesi diskusi berlangsung dinamis. Beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan kritis, seperti kemungkinan dampak negatif berpikir kritis yang berlebihan (overthinking), serta peran berpikir kritis dalam mengatasi pandangan masyarakat yang meremehkan pendidikan tinggi. Iqbal menanggapi bahwa berpikir kritis harus tetap berlandaskan metode ilmiah dan digunakan untuk mencari kebenaran, bukan sekadar mempertanyakan tanpa arah. “Selama pertanyaan diajukan secara ilmiah dan dijawab dengan pendekatan ilmiah, itulah berpikir kritis,” tegasnya.
Menutup kegiatan, M. Iqbal mendorong mahasiswa untuk tidak puas dengan pengetahuan yang diterima begitu saja (taken for granted). “Kita perlu terus menggali, berdiskusi, berorganisasi, dan mengkaji agar nalar kritis tetap hidup. Forum seperti ini menjadi latihan penting untuk membangun cara berpikir yang ilmiah dan analitis,” pesannya.
Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk komitmen Prodi Studi Islam UIN Sunan Kalijaga dalam menumbuhkan budaya akademik yang reflektif, kritis, dan kontekstual di kalangan mahasiswa.